Friday, June 16, 2017

Puasa Karena Iman dan Mengharap Pahala

Puasa Karena Iman dan Mengharap Pahala
Dari Abu Hurairah, ia berkata,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.”  (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760).
Yang dimaksud berpuasa atas dasar iman yaitu berpuasa karena meyakini akan kewajiban puasa. Sedangkan yang dimaksud ihtisab adalah mengharap pahala dari Allah Ta’ala. (Lihat Fathul Bari, 4: 115).
Al Khottobi berkata, “Yang dimaksud ihtisab adalah terkait niat yaitu berpuasa dengan niat untuk mengharap balasan baik dari Allah. Jika seseorang berniat demikian, ia tidak akan merasa berat dan tidak akan merasa lama ketika menjalani puasa.” (Idem)
Hadits yang kita kaji di atas menunjukkan itulah orang yang berpuasa dengan benar. Benarnya puasanya jika didasari atas iman dan puasa tersebut dilakukan ikhlas karena Allah, mengharap pahala-Nya, mengagungkan syari’at-Nya, bukan melakukannya atas dasar riya’, cari pujian atau hanya sekedar mengikuti kebiasaan orang sekitar.
Kalau seseorang mendasari puasanya karena dasar iman, mengharap pahala dan ridho, maka tentu hatinya semakin tenang, lapang dan bahagia. Ia pun akan bersyukur atas nikmat puasa Ramadhan yang ia dapati tahun ini. Hatinya tentu tidak merasa berat dan susah ketika menjalani puasa. Sehingga ia pun terlihat berhati ceria dan berakhlak yang baik. Lihat kitab Ramadhan karya Dr. Muhammad bin Ibrahim Al Hamad, hal. 18.
Hadits di atas juga menunjukkan bolehnya kita mengharap pahala atau balasan dari Allah ketika menjalani suatu ibadah, itu tidak mengapa. Dan itulah yang disebut ikhlas.

Keutamaan Ramadhan

Hadits di atas sekaligus menjadi dalil bolehnya menyebut Ramadhan dengan penyebutan Ramadhan, walau tidak menyebut dengan bulan Ramadhan (syahru Ramadhan). Karena hadits yang melarang penyebutan Ramadhan saja adalah hadits yang dho’if.
Hadits yang kita kaji kali ini sekaligus menunjukkan keutamaan bulan Ramadhan. Siapa saja yang berpuasa kala itu, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni, walaupun banyak seperti buih di lautan.
Wallahu a’lam. Moga bermanfaat.

Referensi:
  • Romadhon Durusun wa ‘Ibarun – Tarbiyatun wa Usrorun, Dr. Muhammad bin Ibrahim Al Hamad, terbitan Dar Ibnu Khuzaimah, cetakan kedua, tahun 1424 H.
  • Bahjatun Nazhirin Syarh Riyadhish Sholihin, Abu Usamah Salim bin ‘Ied Al Hilaliy, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan pertama, tahun 1430 H, 2: 328.
Siang hari selepas Jum’atan, 3 Ramadhan 1434 H @ Pesantren Darush Sholihin, Warak, Girisekar, Panggang, Gunungkidul, D. I. Yogyakarta
Artikel Muslim.Or.Id

Tuesday, June 13, 2017

BAGAIMANA UCAPAN IDUL FITRI YANG SESUAI SUNNAH ?

Sehubungan dengan akan datangnya Idul Fitri, sering kita dengar tersebar ucapan:

"MOHON MAAF LAHIR & BATHIN ”

Seolah-olah saat Idul Fitri hanya khusus untuk minta maaf.


Sungguh sebuah kekeliruan, karena Idul Fitri bukanlah waktu khusus untuk saling maaf memaafkan.

Memaafkan bisa kapan saja tidak terpaku dihari Idul Fitri...

Demikian Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengajarkan kita.

Tidak ada satu ayat Qur'an ataupun suatu Hadits yang menunjukan keharusan mengucapkan “Mohon Maaf Lahir dan Batin” disaat-saat Idul Fitri.

Satu lagi, saat Idul Fitri, yakni mengucapan :
"MINAL 'AIDIN WAL FAIZIN".

Arti dari ucapan tersebut adalah :
"Kita kembali dan meraih kemenangan”

KITA MAU KEMBALI KEMANA?
Apa pada ketaatan atau kemaksiatan?

Meraih kemenangan?
Kemenangan apa?

Apakah kita menang melawan bulan Ramadhan sehingga kita bisa kembali berbuat keburukan?

Satu hal lagi yang mestik dipahami, setiap kali ada yang mengucapkan
“ Minal ‘Aidin wal Faizin ”

Lantas diikuti dengan kalimat,
“ Mohon Maaf Lahir dan Batin ”.

Karena mungkin kita mengira artinya adalah kalimat selanjutnya.

Ini sungguh KELIRU luar biasa...

Coba saja sampaikan kalimat itu pada saudara-saudara seiman kita di Pakistan, Turki, Saudi Arabia atau negara-negara lain....

PASTI PADA BINGUNG....

Sebagaimana diterangkan di atas, dari sisi makna kalimat ini keliru sehingga sudah sepantasnya kita HINDARI.

Ucapan yang lebih baik dan dicontohkan langsung oleh para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam , yaitu :

✔ "TAQOBBALALLAHU MINNA WA MINKUM"
(Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian).

Jadi lebih baik, ucapan di SMS /BBM / WA,, kita :

✔ "Selamat Idul Fitri.
Taqobbalallahu minna wa minkum "
Barakallahu Fiikum

Kewajiban kita hanya men-syiar kan selebihnya kembalikan kepada masing-masing.. Karena kita tdk bisa memberi hidayah kpd orang lain hanya Allah lah yg bisa memberi hidayah kepada hamba NYA yg IA kehendaki [⋅}

Semoga bermanfaat...

 Oleh : Ust. Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A.
sumber : grub WhatsApp SIGNAL ISLAMIC

sumber poto: http://wahdah.or.id/wp-content/uploads/2015/07/Eid-Mubarak-Wallpaper-HD1-660x330.jpg

Sunday, June 11, 2017

KENALI MAHRAM MU DARI SEKARANG !!

KENALI MAHRAM MU DARI SEKARANG

Mahram kamu (untuk perempuan) adalah:

1. Ayah
2. Kakek
3. Anak
4. Cucu
5. Saudara sekandung
6. Saudara seayah (beda ibu)
7. Saudara seibu (beda ayah)
8. Keponakan lelaki dari saudara/i kamu yg sekandung, atau yg hanya seayah, atau yg hanya seibu denganmu
9. Paman dari saudara ayah atau saudara ibu
10. Suami ibu (ayah tiri) atau mantan suami ibu (syarat: sdh berhubungan badan dgn ibu)
11. Anak lelaki suami yg dibawa dari pernikahannya sebelumnya dan anak lelaki dari mantan suami
12. Mertua atau mantan mertua
13. Menantu atau mantan menantu
14. Saudara sesusuan dan siapa saja yg merupakan mahram saudara sesusuanmu dari nasab dia, maka menjadi mahrammu juga

Untuk mahram laki-laki sama seperti poin di atas, hanya diganti perempuan semua (ibu, nenek, saudari sekandung, dst).

Nah SELAIN DARI POIN 1-14... itu BUKAN mahram kamu.* Mereka ga boleh bersentuhan dan bersalaman dgn kamu, ga boleh liat aurat kamu, dan ga boleh nemenin kamu safar.
atau berikut ini diagram nya . klik gambar untuk memperbesar .

CATATAN
❗Sepupu bukan mahram
❗Ipar bukan mahram
❗Anak angkat atau anak asuh bukan mahram
❗Ayah angkat bukan mahram
*❗Suaminya tante (suami dari saudarinya ibu atau ayah) juga bukan mahram

-----------------------

Jadi kalo besok lebaran kamu ketemu sama lelaki SELAIN DARI POIN 1-14 dan yg disebut dlm CATATAN di atas ini, kamu DILARANG salaman yaa.

Rasulullah ﷺ bersabda:

لأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ رَجُلٍ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لا تَحِلُّ لَهُ

"Ditusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi, sungguh lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya." (HR. Thobroni)

Kadang sebagian orang merasa "ga enak" kalau ga jabat tangan dengan lawan jenis bukan mahramnya..

Tapi anehnya, dia tidak merasa "ga enak" saat melanggar perintah Rosululloh...

So, saatnya introspeksi, ubah pola pikir kita, tentukan sendiri pilihanmu:

➡ Pilih "ga enak" sama manusia, atau "ga enak" sama Rosululloh..

➡ Pilih ridho manusia, apa pilih ridho Alloh..

➡ Pilih merasa "aman" di dunia yg sesaat, atau "aman" di akhirat yg abadi..

🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥

Barakallahu fiikum
Dari grup WA i'tikaf sabilunnajah

sumber : Grub WhatsApp SIGNAL ISLAMIC
di post oleh: Hairin Binusman

sumber poto :
-https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJGNxBj3WhDV5hiZXfCHByjfmCT1emPdAnvoKaA6lUwX3UwCpi7DMK59CD2q8QWiYb0P4TWB44FpjORCSVYrXzXn9hfAw-txSujg2JA681XEplmzeeB7dI-mkhziN1RKwJvbYxK9GdzhQ/s1600/Lelaki.jpg
-https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/originals/9e/c7/8e/9ec78ee36909d7f7f6e9df272dd6c639.jpg

SAUDI VS INDONESIA


Secara akal, dari segi wilayah, Indonesia sepuluh kali lipat lebih luas dari Saudi

Dari segi kekayaan alam, Indonesia punya apel, asem,  belimbing wuluh, cermai, dukuh, enau, flamboyan, gandaria, honje, kecapi, labu, mangga, nanas, okra, pisang, quince, rambai, sirsak, terong ungu, vanilla, wuni, pepaya, pala, alpukat, jambu, jeruk, bangkuang, semangka, nangka, duren,rambutan,Kesemek,klengkeng dan ribuan buah lainnya

Saudi, hanya punya buah kurma

Indonesia, sepanjang mata memandang ijo royoroyo, menghampar pohon yang rindang, kayu yang kuat, dan sayur mayurnya

Saudi, sepanjang mata memandang kering kerontang, gersang, berdebu berbatu-batu

Indonesia, di bawah bumi ada minyak bumi, gas, batubara, nikel, perak, tembaga, alumunium, timah, besi, emas dan intan

Saudi, hanya punya minyak bumi

Indonesia, di atas bumi ada minyak kelapa, minyak sawit, minyak jagung, dan minyak kedelai, minyak orang-aring, minyak jelantah apalagi.

Saudi, hanya punya minyak zaitun Bro....

Indonesia, sepanjang tahun cuaca segar

Saudi, musim panas membakar kulit, musim dingin meremukkan tulang

Indonesia punya ayam, bebek, burung, puyuh, merak, kijang, kambing, sapi, kerbau, gurame, lele, ikan mas, belut, dan mujair

Saudi, hanya punya kambing, sapi dan unta

Indonesia, punya 17ribu pulau

Saudi, gak punya satu pulau pun

Indonesia, dikelilingi lautan penuh ikan, kerang, kepiting, rumput laut dan mutiara

Saudi, hanya secuil sambungan dari Laut Merah

Kenapa Saudi yang penduduknya sedikit kaya raya?
Kenapa Saudi yang wilayahnya kecil kaya raya?
Kenapa Saudi yang hanya punya pohon kurma kaya raya?

Jawabnya adalah ketika ADZAN BERKUMANDANG...

Lihatlah...

 Dimana PETANI Indonesia ketika ADZAN berkumandang dan dimana petani Saudi ketika adzan berkumandang

 Dimana PEDAGANG Indonesia ketika ADZAN berkumandang dan dimana pedagang Saudi ketika adzan berkumandang

 Dimana P E J A B A T Indonesia ketika ADZAN berkumandang dan dimana pejabat Saudi ketika adzan berkumandang

 Seharusnya /Indonesia lebih makmur dari Saudi, secara akal fikiran.

Tapi karena Indonesia, tidak ada keberkahan maka walaupun gemah ripah, alamnya kaya raya, ijo royoroyo penduduknya miskin dan berhutang....

Saudi, walaupun negerinya kering kerontang dan gersang tapi penduduknya kaya raya dan bisa memberi hutang.....

Dan Indonesia makin TERPURUK dan nyaris TERKUTUK lantaran meninggalkan SHOLAT TEPAT WAKTU dan BERJAMAAH

Hayo bangkit saudaraku...
Back to masjid
Lihat Saudi...
Masjidnya makmur....
Rakyatnya makmur....
Apa engkau tidak melihat ???....

Turki mulai bangkit dan MAKMUR karena warganya kini SHOLAT BERJAMAAH DI MASJID

Allah SWT berfirman :

وَأْمُرْ اَهْلَكَ بِالصَّلٰوةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا    ؕ  لَا نَسْئَلُكَ رِزْقًا    ؕ  نَحْنُ نَرْزُقُكَ    ؕ  وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوٰى

"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan sholat (tepat waktu) dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya (berjamaah di mesjid). Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan akibat (sholat seperti) itu adalah kebaikan (karunia, rezeki, keberkahan, ampunan, dan pahala) bagi orang yang bertakwa".

(QS. Thaahaa : 132)

Ayo mulai saat ini kita niatkan bersama-sama, saat ADZAN berkumandang... tinggalkan DUNIA*mu,  ajak saudara, tetangga,  teman, rekan kerja khususnya laki-laki muslimmu untuk _*jaga Sholat 5 waktu TEPAT WAKTU dan BERJAMAAH di Masjid_

agar Indonesia menjadi negara yang kaya raya  disebabkan dari Ketaqwaan Rakyatnya

Aamiin Yaa Rabbal'Aalamiin

Sumber : Grub WhatsApp Signal Islamic

                PostOleh : nasir BO

Thursday, June 8, 2017

KEMERDEKAAN NKRI DAN ISLAM

Euforia kemerdekaan terasa hangat menyelimuti bumi pertiwi, seluruh anak negeri mengekspresikan kemerdekaan  dengan beragam cara, bangsa indonesia memang  patut bersyukur atas anugerah kemerdekaannya, bahwa kemerdekaan yang dinanti dan menjadi dambaan masyarakat bukanlah bersifat instan, melainkan melalui sebuah proses panjang dan perjuangan yang melelahkan, entah berapa darah suci yang harus tersimbah, berapa jiwa-jiwa pemberani yang harus melayang demi meraih kemerdekaan tersebut, karenanya kewajiban para anak bangsa dan pengisi kemerdekaan memainkan perannya masing-masing untuk mewujudkan dan menanamkan arti kemerdekaan pada setiap individu, lebih-lebih terhadap tunas muda harapan bangsa. Dengan tetap menghormati dan mendoakan para pejuang, benarlah adigium yang mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati para pejuang nya , dan Nabi shalallhu alaihiwasallam menegaskan” tidaklah bersyukur kepada Allah orang yang tidak bersyukur pada manusia”.
Islam sebagai agama mayoritas di indonesia, mengambil peran yang sangat penting dalam kancah perebutan kemerdekaan NKRI, para pejuang yang gagah berani dari kaum muslimin dan Ulamanya,  terukir dengan tinta emas bahwa mereka adalah bagian dari badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan republik Indonesia (BPUPKI) yang dibentuk pada tanggal  1 maret 1945. Sebut saja misalkan Kohar Moezakkir, Agus salim dan yang lainnya, merupakan inisiator dari BPUPKI, yang tentunya menjadi embrio dan cikal bakal dari kemerdekaan empiris bangsa Indonesia. Tercatat setelah kaum kolonial berhasil menguasai kerajaan-kerajaan di indonesia, umat islam dengan para ulamanya terus gigih melawan penjajah, muncullah kala itu gerakan sosial merata di seluruh pelosok tanah air. Ulama sebagai elite agama Islam memimpin umat melawan kezoliman penjajah.
Dari berbagai wilayah muncul perlawanan tanpa pamrih, di Aceh muncul perlawanan rakyat dipimpin oleh Tengku Cik Ditiro,Teuku Umar,Cut Nyak Din dan yang lain, di Sumatra barat muncul perang padri dipimpin Imam Bonjol, perlawanan KH Hasan dari Luwu sulawesi, Gerakan rakyat oleh Gunawan dari Muara tambesi Jambi, Gerakam 3 Haji di dena Lombok, Gerakan Haji Aling Kuning di Sambiliung kaltim, Gerakan Muning di Banjarmasin, gerakan Rifa’iyyah di pekalongan, gerakan KH Wasit di Cilegon, Perlawanan KH Jenal Ngarib di Kudus, Perlawanan KH Ahmad Darwis dari Kudu, perlawanan Kyai Dermojo dari Nagnjuk dan masih banyak lagi yang lainnya.
Dari berbagai perlawanan yang mereka hadapi sesungguhnya pihak belanda telah benar-benar goyah kekuasaannya, sebagai bukti, tiga perlawanan, rakyat aceh, Sumatra barat dan Java Oorlog (Dipanegara) telah menumbangkan 8000 tentara belanda dan 20.000.000 Gulden kas kolonial habis. Demikianlah perjuangan Islam dan kaum Muslimin demi terwujudnya kemerdekaan yang  di nanti dan negara kesatuan republik Indonesia yang kita cintai.  Jika demikian adanya maka tidak terlalu berlebihan untuk mengatakan bahwa bangsa ini memiliki “hutang moril pada Islam” karena Islam belum sepenuhnya mendapatkan haknya yang layak pada negeri yang besar ini.
Alih-alih bisa melaksanakan hukum Islam secara Kaaffah, seperti yang di inginkan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, dan seperti makna hakiki dari sebuah kemerdekaan, malah berbagai stigma negatif  akhir-akhir ini seringkali dialamatkan kepada Islam.
Berusaha melaksanakan sunnah Rasulullah shalalallahu alaihiwasallam yang memiliki hujjah dan argument yang tidak diragukan pun seperti memelihara jenggot , celana di atas mata kaki, menyebut kata-kata syirik, bid’ah dan yang sejenisnya, mengenakkan hijab syar’ie bagi muslimah akan langsung dikatakan sebagai aliran keras, kaum fundamentalis, wahhabi dan yang lainnya, bahkan tidak jarang akan dikatakan teroris.
Saudaraku…dimanakah arti sebuah kemerdekaan bagi kaum muslimin untuk melaksanakan ajaran agamanya? Bukankah Islam juga memiliki peran yang sangat penting dalam terbentuknya republik ini?. Dimanakah respon terhadap panggilan Ilaahi “ wahai orang-orang yang  beriman, segeralah menjawab panggilan Allah dan rasul-Nya apabila mereka mengajak mu terhadap sesuatu yang menjadikan kamu hidup dengan sebenarnya ”.Dimanakah kewajiban kita ta’at kepada Allah dan Rasul-nya sebagai konsekuwensi dari syahadah yang kita Ucapkan?, Wahai orang-orang yang beriman ta’atlah kepada Allah dan Rasul dan kepada pemegang urusan diantara kalian/pemerintah. Di dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wata’ala menegaskan “ Jika kalian mencintai Allah maka ikutilah aku maka kalian akan dicintai oleh Allah”.
Kita sepakat jikalau terorisme dan berbagai bentuk radikalisme adalah bukan dari Islam, bahkan  Rasul yang mulia mencontohkan bagaimana moderasi Islam diantara dua kubu yang  berlebihan(guluw) dan meremehkan(tafrith), gelar sosial al-amiin (orang yang sangat terpercaya) beliau raih sebelum diangkat menjadi Nabi dan rasul ,beliaulah yang dikenal sebagai bapak yatim dan pemerhati para janda serta orang-orang miskin. 
Jika kita mengakui bahwa kemerdekaan bangsa ini sejatinya adalah karunia dari Allah subhanahu wata’ala, maka seyogyanya kita mengisi kemerdekaan  dengan ta’at pada perintah Allah subhahanahu wata’ala seraya mengikuti sunnah rasulullah shalallhu alaihiwasallam, agar indonesia menjadi negeri yang gemah ripah loh jenawi menuju baldatun thayyibatun warabbun ghafuur.





 Sumber : Ust. H. Munajat, Lc.,M.HI 
                 Yayasan As Shiddiq Al Khairiyah Sumbawa besar

sumber poto :  
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/f1/Indonesia_declaration_of_independence_17_August_1945.jpg
https://68.media.tumblr.com/9cd6c2d8b9e19699cb4e8d130e14be48/tumblr_nackgjJRlG1qd71mwo5_1280.jpg




Wednesday, June 7, 2017

Menikah


 Dalam haditsnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan para syabab untuk menikah.

يَامَعْشَرَ الشَّبَابِ: مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

“Wahai pemuda, barangsiapa di antara kalian telah mampu maka hendaknya menikah, karena ia lebih menundukkan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang belum mampu, maka hendaknya ia berpuasa, sebab ia dapat mengekangnya.” (HR. Bukhari)

Syabab biasa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “pemuda.” Berapakah usianya? Fauzil Adhim dalam buku Indahnya Pernikahan Dinimenjelaskan, syabab adalah sesesorang yang telah mencapai masa aqil-baligh dan usianya belum mencapai tiga puluh tahun. Asalkan sudah memilikiba’ah (kemampuan), maka ia dianjurkan untuk segera menikah. Dan kini terbukti, banyak manfaat menikah di usia muda di balik perintah Rasulullah ini.

1. Lebih terjaga dari dosa

Sebagaimana sabda Rasulullah tersebut, menikah di usia muda itu lebih membantu menundukkan pandangan dan lebih mudah memelihara kemaluan. Seorang yang menikah di usia muda relatif lebih terjaga dari dosa zina; baik zina mata, zina hati, maupun zina tangan.

2. Lebih bahagia

Hasil riset National Marriage Project’s 2013 di Amerika Serikat (AS) menunjukkan, persentase tertinggi orang yang merasa sangat puas dengan kehidupan pernikahan adalah mereka yang menikah di usia 20-28 tahun.

Mengapa pasangan muda lebih bahagia? Sebab mereka umumnya belum memiliki banyak ego-ambisi. Pasangan muda lebih mudah menerima pasangan hidupnya. Bahkan, ketika sang suami belum mapan secara ekonomi dan akibatnya hidup “pas-pasan”, mereka tetap bisa enjoy dengan kondisi tersebut. Hal ini sejalan dengan hadits atsar Ibnu Umar: “Nikahilah oleh kalian gadis perawan, sebab (..salah satunya..) ia lebih ridha dengan nafkah yang sedikit.”

3. Lebih puas dalam bercinta

Pasangan yang menikah di usia 20-an cenderung melakukan jima’ lebih sering daripada mereka yang menikah lebih lambat. Hasil studi Dana Rotz dari Harvard University pada 2011 menunjukkan, menunda usia menikah empat tahun terkait dengan penurunan satu kali jima’ dalam sebulan.

Sedangkan dalam tingkat kepuasan, menikah di usia muda –diantaranya dengan dukungan fisik yang masih prima- membuat suami istri lebih menikmati. Lagi-lagi, hal ini bersesuaian dengan hadits atsar Ibnu Umar: “Nikahilah gadis perawan, sebab ia lebih segar mulutnya, lebih subur rahimnya dan lebih hangat farjinya…”

4. Emosi lebih terkontrol

Menikah di usia muda terbukti lebih cepat mendewasakan pasangan tersebut. Dalam arti, menikah dan berumah tangga membuat seseorang lebih terkontrol emosinya. Ini dipengaruhi oleh ketenangan yang hadir sejalan dengan adanya pendamping dan tersalurkannya “kebutuhan batin.” Dan itulah diantara makna sakinah dalam Surat Ar Rum ayat 21.
Hasil studi sosiolog Norval Glenn dan Jeremy Uecker pada tahun 2010 mendukung hal ini. Menurut hasil studi tersebut, menikah pada usia muda akan lebih bermanfaat dari sisi kesehatan dan mengontrol emosi.

5. Lebih mudah meraih kesuksesan

Sebagian orang menunda menikah dengan alasan mencapai jenjang karir tertentu atau hidup mapan terlebih dahulu. Padahal, saat seseorang telah menikah, ia menjadi lebih tenang, merasakan sakinah. Dengan ketenangan dan stabilnya emosi ini, ia bisa lebih fokus dalam meniti karir dan beraktifitas apa pun, baik dakwah maupun mencari maisyah. Karenanya tidak mengherankan jika banyak orang-orang yang sukses di usia 40-an adalah mereka yang menikah di usia 20-an.

6. Lebih baik bagi masa depan anak-anak

Lebih baik bagi masa depan anak-anak di sini bukan berarti menikah di usia muda memungkinkan anak sudah dewasa saat Anda pensiun. Meskipun, hal itu juga bisa menjadi salah satu pertimbangan.

Namun yang lebih penting dari itu, menikah di usia muda dan memiliki buah hati di usia muda, saat Anda belum mapan secara ekonomi berarti Anda dapat mendidik anak-anak secara langsung merasakan pahit getirnya kehidupan. Artinya mereka telah mencicipi perjuangan Anda. Dan jangan sampai anak-anak hanya tahu fasilitas dan hidup enak tanpa merasakan hidup adalah perjuangan.

Wallahu a’lam bish shawab.

Sumber :
- [Tim Redaksi Webmuslimah.com]

- Grub WhatsAPP SIGNAL ISLAMIC  (user : m.mizan)
Sumber poto :  

Potret taqwa anda sa’at berpuasa


Potret taqwa anda sa’at berpuasa
(mata rantai I nasehat ramadhan)
Sejatinya taqwa memang merupakan kata kunci, disaat mengharapkan noda dan dosa yang kita miliki segera dimaafkan, dikala kerinduan terhadap surga kian tak tertahankan, dan ketika danbaan  besar untuk melihat wajah Allah, dimana ini adalah karunia surgawai yang paling teristimewa terus memenuhi do’a dan harapan, maka taqwa yang sejati akan menunjuki semua asa yang dinanti.
Momentum Ramadhan sebagai bulan  berkah, laksana sebuah pesawat yang akan menerbangkan anda dengan tujuan surga, mengharuskan anda memetuhi beberapa aturan penerbangan agar bisa selamat sampai destinasi akhir. Sebagai seorang muslim, mematuhi aturan yang telah di gariskan adalah sesuatu yang bersifat absolut dan mengikat, serta merupakan kosekwensi keimaman yang nyata.  Aturan dan norma ilahi inilah yang kita kenal dengan syari’at.
Al-Baqarah ayat 185 mengisyaratkan, betapa puasa akan menjadikan pribadi-pribadi muslim menjadi pribadi-pribadi yang bertaqwa, sebagai cikal bakal penghuni surga dan syarat diterimanaya suatu amalan.  Allah Subhanahu wata’ala menegaskan “ sesungguhnya Allah hanya akan menerima amalan dari seorang yang bertaqwa kepadanya”(Q.S al-maidah 27). Demikianlah..! karena taqwa adalah mengerjakan segala perintah dengan meninggalkan segala larangan, berbuat keta’atan karena Allah berdasarkan nur dari Allah, karena mengharapkan pahala Allah, dan meninggalkan maksiat kepada Allah karena nur dari Allah karena takut siksa Allah.
Sesungguhnya dalam diri rasulullah shalallhu alaihi wasallam suri tauladan yang paling sempurna dalam hal ketha’atan, dibulan ramadhan beliau menyampaikan kabar gembira kepada khalayak, meminta mereka bersiap menyambut datangnya bulan berkah, dengan mengatakan wahai para”pencari kebaikan bersiaplah dan wahai pecandu kejelekan jeralah”,beliau juga mengajak kerabat dan keluarga untuk lebih memaknai ramadhan dengan meningkatkan intensitas amalan, baik siang maupun malam, bahkan beliau menjelaskan sungguh bagi  perindu dan praktisi puasa, buat mereka surga nan indah sebagai hadian special yang bernama rayyan.
Aisyah ummul mukminin menceritakan” adalah rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersungguh sungguh dalam beribadah pada sepuluh akhir bulan ramadhan tidak seperti bulan yang lainnya.(H.R Muslim no 2009) yang demikian karena antara puasa dan ketaqwaan memiliki relasi yang sangat jelas, saat berpuasa, seseorang dituntut untuk mengekang syahwat dan subhat, sebagaimana dia diharuskan untuk menekan keinginan dan nafsu amarah yang seringkali menjerumuskan manusia, seraya diminta untuk tawajjuh hanya kepada Allah Subhanahu wata’ala.
Sebagaimana Allah mewasiatkan orang-orang sebelum kita dan kepada kita, agar senantiasa bertaqwa kepada Allah, demikian juga Allah subhanahu wata’ala mewajibkan kepada kita puasa, sebagaimana telah diwajibkannya hal tersebut kepada orang-orang sebelum kita, dengan alasan yang sangat prinsip bahwa puasa akan melahirkan pribadi-pribadi yang bertaqwa kepada Allah subhanahu wata’ala.Hasan al-bashri mengatakan: ia demi Allah, puasa telah ditetapkan kepada umat-umat sebelum kita sebagaimana diwajibkan kepada kita sebulan penuh.
Detik-detik yang kita lalui dibulan puasa memang selayaknya kita isi dengan berbagai amal kebajikan dan amal soleh agar tidak termasuk orang yang merugi, dalam salah satu hadist nabi salahhu alaiwasallam bersabda:
رغم أنف من ادركه رمضان فلم يغفر له (اخرجه اخمد وغيره وصححه البانى فى صحيح الترغيب 1680)
Artinya:  Merugilah orang yang mendapatkan bulan suci ramadhan sementara dosa-dosanya belum di ampuni (H.R Ahmad dan yang lainnya, serta di sahihkan albani dalam sahih al-targib 1680).
Sahabat yang mulia Abu Darda’ berusaha mendiskripsikan taqwa  dengan sebuah ungkapan yang yang menggambarkan hakikat taqwa, beliau mengatakan: Taqwa adalah jika seorang hamba takut kepada Allah subhanahu wata’la, sehingga takutnya itu pada hal yang sekecil biji sawi, bahkan sampai dia tinggalkan sesuatu yang ia melihatnya halal, karena takut akan berubah menjadi halal dan kemudian akan menjadi penghalang, sesungguhnya Allah subhanahu wata’la telah menjelaskan kepada hambaNya danpak akhir dari suatu perkara”Barang siapa yang berbuat kebajikan sebesar biji sawi dia akan melihatnya, dan barang siapa yang berbuat kejelekan sebesar biji sawi dia akan melihatnya”(Q.S Zilzalah 7-8).
Dalam ungkapan tersebut mengandung makna: janganlah anda meremehkan perbuatan baik sekecil apapun yang hendak anda kerjakan, dan jangan pula menganggap ringan sekecil bagaimanapun perbuatan buruk yang hendak anda tinggalkan, karena semua akan mendapatkan ganjaran yang setimpal dari perbuatan tersebut.
Saudaraku..! kesempatan tidak datang dua kali, kesehatan berkurang dalam hitungan hari, dan ajalpun datang tanpa harus perminsi, kenapa tidak ramadhan kali ini bak ramadhan terakhir yang bisa kita lalui? agar kita berhati-hati bagaikan berjalan pada jalanan penuh duri, Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu pernah ditanya pendapatnya tentang taqwa, beliau balik bertanya kepada sang penanya: pernahkah anda melalui jalanan penuh duri? Penanya mengatakan ia, beliau kembali bertanya: apa yang kamu lakukan? Penanya mengatakan: jika saya melihat duri saya akan miringkan,jauhkan,atau pendekkan langkah saya, beliau mengatakan: itulah taqwa.

Semoga anda termasuk orang yang berpuasa dengan penuh kehati-hatian, mengerjakan kebajikan sekecil apapun dan meninggalkan maksiat seringan apapun, karena orang yang bahagia adalah orang yang bisa melaksanakan perintah menjauhkan larangan, semoga.

Sumber : Ust. H. Munajat, Lc.,M.HI 
                 Yayasan As Shiddiq Al Khairiyah Sumbawa besar

Puasa Karena Iman dan Mengharap Pahala

Puasa Karena Iman dan Mengharap Pahala Dari Abu Hurairah, ia berkata, مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَ...